Minggu, 25 Desember 2011

Sungai


A. Klasifikasi Sungai

1.      Berdasarkan Asal Airnya
·         Sungai Mata Air
Merupakan sungai yang airnya bersumber dari mata air. Sungai ini biasanya terdapat di daerah yang mempunyai curah hujan sepanjang tahun dan daerah alirannya masih tertutup vegetasi yang kuat.
·         Sungai Hujan
Merupakan sungai yang airnya bersumber hanya dari air hujan. Jika tidak ada hujan, sungai akan kering kerontang. Sungai ini umumnya berada di daerah yang bervegetasi jarang / terletak di daerah lereng gunung, perbukitan.
·         Sungai Gletser
Merupakan sungai yang airnya bersumber dari pancuran es/salju. Sungai ini hanya ada di daerah lintang tinggi / di puncak gunung yang tinggi.
·         Sungai Campuran
Merupakan sungai airnya bersumber dari berbagai macam sumber air, baik dari hujan, mata air, dan pencairan salju. Artinya, air dari berbagai sumber tersebut bercampur menjadi satu dan mengalir hingga ke lautan.
2.      Berdasarkan Volume Airnya
·         Sungai Euphermal
Merupakan sungai yang berair pada saat terjadi hujan dan beberapa saat setelah hujan berhenti. Sungai tipe ini banyak dijumpai di bag. hulu DAS.
·         Sungai intemitton
Merupakan sungai yang berair hanya pada waktu musim penghujan, sedangkan pada saat musim kemarau kering. Sungai ini terletak di NTB, NTT.
·         Sungai perenial
Merupakan sungai yang airnya permanen ata selalu berair pada musim hujan maupun kemarau. Sungai ini dapat dibedakan menjadi sungai permanen dan sungai periodik. Sungai permanen adalah sungai yang airnya relatif tetap sepanjang tahun. Sedangkan sungai periodik adalah sungai yang airnya banyak pada saat musim penghujan dan sedikit pada saat musim kemarau. Contoh : sungai-sungai yang ada di wilayah Kalimantan.
3.      Berdasarkan Pola Alirannya
·         Pola Aliran Radial Sentrifugal
Yaitu pola aliran yang menyebar dari suatu puncak. Pola seperti ini terdapat pada daerah yang berbentuk kerucut atau gunung.
·         Pola Aliran Radial Sentripetal
Merupakan pola aliran yang arahnya mengumpul menuju suatu pusat. Pola seperti ini terdapat pada suatu daerah yang berbentuk cekungan.
·         Pola Aliran Dendritik
Merupakan pola aliran yang tidak teratur, berkembang pada daerah yang relatif datar seperti dataran banjir, delta, plato, serta daerah yang materialnya mudah tererosi. Anak-anak sungai yang mengalir bermuara ke Sungai Induk memebntuk sudut lancip dan ada pula yang membentuk sudut tumpul.
·         Pola Aliran Rectanguler
Merupakan pola aliran yang pertemuan antara alirannya membentuk siku-siku atau hampir siku-siku. Pola ini berkembang pada daerah yang banyak rekahan (bint) dan daerah patahan (fault).
·         Pola Aliran Trellis
Pola aliran ini berbentuk seperti trallis atau menyirip daun. Berkembang pada daerah pegunungan lipatan dan juga di daerah patahan atau yang banyak rekahan. Anak-anak sungai yang bermuara pada sungai induk, pertemuan antara sungai induk dan anak sungai yang membentuk sudut siku-siku.
·         Pola Aliran Annular
Pola aliran ini hampir sama dengan pola aliran radil sentripetal. Pada pola ini, anak-anak sungai mengalir menuju sungai subsekuen. Pola ini berkembang pada daerah yang berbentuk dame.
·         Pola Aliran Pararel
Pola aliran ini membentuk sudut lancip. Pola ini berkembang pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng agak curam hingga curam.
4.      Berdasarkan Arah Alirannya
·         Sungai Konsekuen (consequent stream)
Merupakan sungai yang alirannya sesuai dengan kemiringan lereng atau kemirirngan struktur geologinya.
·         Sungai Subsekuen (subsequent stream)
Merupakan sungai yang arah alirannya tegak lurus dengan struktur geologinya dan menuju ke arah sungai konsekuen.
·         Sungai Obsekuen (obsequent stream)
Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan dengan sungai konsekuen dan menuju ke arah sungai subsekuen.
·         Sungai Resekuen (resequent stream)
Sungai yang mengalir sesuai dengan arah sungai konsekuen dan menuju ke arah sungai subsekuen.
·         Sungai Insekuen (insequnt stream)
Sungai yang arah alirannya tidak terkontrol oleh struktur geologinya.
5.      Berdasarkan Struktur Geologinya
·         Sungai Antesedan
Merupakan sungai yang erosinya dapat mengimbangi pengangkatannya. Dengan demikian arah aliran sungai tersebut tetap terjaga dan tidak terpengaruh oleh adanya pengangkatan daerah sekitarnya. Oleh karena itu, sungai antesedan akan membentuk celah atau lembah yang disebut water grap.
·         Sungai Superimposed
Merupakan sungai yang terbentuk pada permukaan baru akibat adanya erosi vertikal sampai ke lapisan bawah. Terbentuknya sungai ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan struktur dan jenis batuan.

6.      Berdasarkan Bentuk Lembah Sungai
·         Lembah Sungai Bagian Hulu
Sungai di bagian hulu umumnya mempunyai aliran cukup deras, sehingga mempunyai kemampuan mengikis sangat kuat. Erosi di bagian huku sungai sifatnya ke dalam (vertikal) sehingga membentuk lembah seperti huruf “V”. Pada daerah ini pengendapan material tidak terjadi, karena arusnya sangat kuat. Ciri lain pada lembah sungai bagian hulu adalah airnya jernih, dan kadang-kadang terdapat air hujan.
·         Lembah Sungai Bagian Tengah
Pada lembah sungai bagian tengah, erosi vertikal muali berkurang dan erosi ke arah samping (lateral) mulai berkembang. Dengan demikian, dasar saluran (lembah) sungai mulai melebar sehingga bentuknya menyerupai huruf “U”. Kecepatan aliran pada lembah ini mulai berkurang dan sedimentasi mulai terjadi.
·         Lembah Sungai Bagian Hilir
Aliran sungai di bagian hilir mempunyai kemampuan mengikis yang sangat lemah. Penampang saluran berbentuk huruf “U” yang dasarnya melebar. Endapan banyak terjadi dengan material yang halus, sering bermenader, terbentuk gososng, dan terdapat delta di muarannya.
            C. Manfaat dan Upaya Pelestarian
Beberapa manfaat dari sungai yang sampai saat ini dapat kita lihat dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1.      Sebagai sarana transportasi. Di beberapa daerah, sungai dimanfaatkan untuk prasarana transportasi. Contohnya Sungai Mahakanm, Sungai Kapuas, dll.
2.      Merupakan sumber untuk air irigasi.
3.      Aliran sungai digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air. Beberapa sungai yang sudah dimanfaatkan untuk PLTAir yaitu Sungai Asahan di Sumut, Sungai Citanum di Jabar, Sungai Brantas di Jatim, S Bengawan Solo di Jateng, dll.
4.      Dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga, misalnya arung jeram. Selain itu keindahan aliran sungai dapat digunakan sebagai sarana rekreasi.
5.      Dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan.

Karena berbagai manfaat dapat diperoleh dari sungai, maka hendaknya kelestraian sungai tetep dijaga. Dengan menjaga kelestarian sungai berarti juga menjaga lingkungan hidup. Beberapa cara yang dapa dilakukan untuk menjaga kelestarian sungai antara lain :
1.      Menjaga kelestarian hutan terutama di daerah sungai bagian hulu. Hal ini karena hutan di daerah hulu merupakan tempat peresapan air hujan. Dengan demikian, menjaga kelestarian hutan berarti turut menjaga ketersediaan air yang akan mengalir ke sungai.
2.      Pembuatan teras-teras pada lereng di sepanjang aliran sungai dapat mencegah terjadinya yang dapat memperdangkal sungai.
3.      Tidak membuang sampah ke aliran sungai, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Pembuangan limbah ke sungai selain dapat merusak ekosistem sungai juga dapat menghambat aliran air sungai sehingga dapat menyebabkan banjir.
4.      Membuat sabuk hijau (green belt) di sekitar tebing sungai.
5.      Pengambilan bahan bangunan (pasir, kerikil, dan batu) tidak berlebihan.
6.      Meningkatkan program kali bersih (prokasih).
2. Daerah Aliran Sungai (DAS)
            a. Pengertian
Daerah aliran sungai (DAS) adalah seluruh wilayah disekitar sungai yang apabila terjadi hujan airnya mengalir ke sungai utama. Wilayah DAS dibatasi oleh punggung (gigir) gunung. Air yang mengalir pada suatu sungai hakikatnya merupakan hasil penampungan atau air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi mengalir menuju tempat-tempat yang lebih rendah. Jika tidak ada saluran yang membuatnya mengalir, air hujan akan tergenang, sebagian atau menguap, dan sebagian yang lainnya akan meresap ke dalam lapisan tanah. Aliran air mula-mula mengalir melaluli parit-parit kecil. Dari parit kecil,, aliran bergabung dengan aliran dari parit kecil lainnya sehingga bertemu di sebuah selokan yang agak besar. Aliran dari satu selokan juga bergabung dengan aliran dari selokan lainnya menuju sungai. Sterusnya akan mengalir menuju sungai utama yang besar hingga akhirnya menuju muara di lautan lepas.
Suatu luasan daerah yang menampung air hujan dalam satu sistem tunggal pengairan sungai dinamakan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau lebih dikenal dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dikatakan sistem tunggal karena seluruh air hujan yang jatuh pada DAS tersebut akan ditampung, dialirkan, dan dikeluarkan hanya pada satu pelepasan (out-let) saja, yaitu melalui sungai induk. Oleh karena DAS merupakan suatu sistem yang “menangkap” air hujan, DAS dikenal pula dengan sebutan catah-ment area, atau oleh karena DAS merupakan suatu ledok yang mengalirkan air hujan pada suatu daerah tertentu, ada juga yang menyebutnya drainage basin.
Setiap satu sungai utama memiliki luasan DAS tertentu, biasanya nama suatu DAS diambil dari nama sungai utama. Misalnya DAS Citarum yang artinyadaerah yang menampung dan menyimpan air hujan untuk dialirkan melalui sungai Citarum. Contoh lainnya yaitu, DAS Bengawan Solo, DAS Brantas, DAS Musi, DAS Kapuas, dll. Setiap DAS tidak mungkin bertumpang tindih antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. DAS selalu berdampingan, contohnya DAS Air Teluk Tenggulik dan DAS Air Latang di Sumsel, kedua DAS tersebut merupakan dua sistem pengairan yang berbeda.
Walaupun berdampingan, tidak mungkin ada sungai dalam DAS Air Teluk Tengguling lalu mengalir dan bergabung dengan sungai utama Air Latang, kecuali dipaksa dengan saluran bortan. Air hujan yang jatuh di atas DAS Air Latang akan dialirkan melalui Sungai Air Latang, sedangkan hujan yang jatuh di atas DAS Air Teluk Tengguling akan dialirkan melalui Sungai Air Teluk Tengguling. Itulah yang disebut sistem tunggal.
            b. Pembagian Wilayah DAS
Wilayah DAS dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir. Dari ketiga wilayah DAS ini mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda-beda. Sifat-sifat dari masing-masing bagian DAS adalah sebagai berikut :
·         Bagian Hulu DAS
DAS secra umum pada bagian hulu dari DAS mempunyai ciri-ciri berupa lereng yang relatif curam, kerapatan aliran tinggi, aliran air deras dengan lembah berbentuk huruf “V” dan penggunaan lahan di dominasi hutan.
·         Bagian Tengah DAS
DAS secra umum pada bagian tengah DAS mempunyai ciri-ciri berupa lereng agak datar, kerapatan aliran sedang, aliran air kurang deras, sungai melebar dengan lembah berbentuk huruf “U” dan penggunaan lahan di dominasi untuk pertanian dan permukiman.
·         Bagian Hilir DAS
DAS secara umum pada bagian hilir mempunyai ciri-ciri berupa lereng landai, kerapatan aliran rendah, aliran air kurang deras, sungai mulai melebar dengan lembah sungai berbentuk huruf “U” , sering bermeander, serta penggunaan lahan berupa pertanian, perikanan, permukiman, dan industri.
            c. Bentukan Aliran DAS
Ada beberapa macam bentukan alam di dalam DAS. Berikut ini akan diuraikan berbagai bentukan alam DAS, terutama yang diakibatkan oleh aktivitas. sungai. Bentukan alam tersebut meliputi kipas aluvial, meander, datarn banjir, dan delta.
·         Kipas Aluvial
Pada daerah perbukitan banyak dijumpai daerah atau kenampakan yang mempunyai perbedaan kemiringan lereng. Pada lereng ini sering dijumpai alur-alur sungai yang membawa material hasil erosi. Pada saat aliran sudah mencapai lereng akan terjadi pengendapan. Perbedaan kemiringan yang besar menyebabkan endapan tertimbun dan membentuk kipas yang disebut kipas aluvial.
·         Meander
Sungai di bagian hilir mempunyai penampang yang berbentuk U atau melebar. Erosi vertikal sudah berhenti, sedangkan erosi horizontal terus berlangsung. Pada satu sisi tepi sungai mengalami pengikisan, sedangkan pada sisi tepi lainnya terjadi pengendapan. Peristiwa ini menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok. Apabila  proses tersebut terus berlangsung dapat menyebabkan sungai terputus dan meninggalkan badan sungai. Aliran air yang terputus bila terisi air akan membentuk danau yang disebut kali mati (oxbow lake).
·         Dataran Banjir
Jika tejadi daratan banjir maka air sungai saling menggenangi daerah di sekitar badan sungai. Daerah di tepi sungai yang tergenang pada saat banjir disebut dataran banjir. Dataran banjir juga merupakan wilayah berendapnya material yang terangkut sungai. 
·         Delta
Di muara sungai yang besar, banyak diendapkan materia-material hasil erosi. Endapan material ini membentuk daratan yang diselingi oleh aliran air. Endapan seperti ini disebut delta.
Delta suatu sungai akan cepat terbentuk apabila perusakan hutan di hulu sungai berlangsung besar-besaran. Sebagai contoh, pendangkalan Sungai Mahakam yang mengakibatkan bagian hilir terjadi pendangkalan yang berlebihan dan mengakibatkan instrusi air laut yang masuk ke darat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar