1.Pengertian Sosiologi
Sosiologi
berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang
mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok
tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi
politik, ekonomi, sosial. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial
dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis,
bernama August
Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Selanjutnya Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang
kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert
Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di Amerika Lester
F.Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran
ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.Sosiologi
merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya
teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama
kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive"
karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak
ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat
baru lahir kemudian di Eropa.
Potret Auguste
Comte.
Sejak awal
masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan
ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan
perubahan sosial.
Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun
suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat
pada tiap tahap peradaban manusia.
Dalam buku itu,
Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing
merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.
Tiga tahapan itu
adalah :
- Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
- Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
- Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara
sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis
memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat.
Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam
arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut
hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di
bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert
Spencer, Karl
Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber,
dan Pitirim Sorokin(semuanya
berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam
pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
Sosiologi.
- Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
- Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
- Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
- Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
2.Definisi Sosiologi
Berikut ini definisi-definisi
sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli :
- Pitirim Sorokin :Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
- Roucek dan Warren :Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
- William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf :Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
- J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers :Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
- Max Weber :Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
- Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi :Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
- Paul B. Horton :Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
- Soejono Sukamto :Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
- William Kornblum :Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
- Allan Jhonson :Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Dari berbagai definisi diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa : Sosiologi adalah ilmu yang
membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan
dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta
bersifat umum
3.Pokok bahasan sosiologi
- Fakta sosial
Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya
kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang
murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap
hormat kepada guru.
Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki
sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang
bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
- Tindakan sosial
Tindakan sosial adalah suatu
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh,
menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi
menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat
perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
- Khayalan sosiologis
Khayalan sosiologis
diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada
dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan
sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat,
riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan
khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles
adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai
pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi
individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur,
maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini
pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di
kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada,
maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut
kajian lebih luas lagi.
- Realitas sosial
Seorang sosiolog harus bisa
menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu
realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti
aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan
pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
4.Perkembangan sosiologi dari abad ke abad
· Perkembangan pada abad pencerahan
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar
pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu
saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan
kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad
pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas
Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak
bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum
terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan
di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut
berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat,
ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para
ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat
harus berpedoman pada akal budi manusia.
· Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan
Perubahan-perubahan besar di abad
pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M.
Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru.
Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi
Amerika, revolusi industri, dan revolusi
Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa
pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan
tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.
· Gejolak abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi
benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat
yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan
yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat
jelata. Raja yang
semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di
tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Perancis berhasil
mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas. Gejolak abad
revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat
harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat
yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan,
pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan
masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi
semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional
terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
- Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
- Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
- Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
· Kelahiran sosiologi modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di
benua Amerika,
tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene
merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20,
gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika
Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk,
munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain.
Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu
menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa
pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan
baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah
sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat
sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering
disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari
mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial
itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat
itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.
Sosiologi sebagai Metode
Sosiologi sebagai metode berarti cara
berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial dann budaya yang ada dalam
masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Pada dasarnya, dalam sosiologi terdapat dua metode yang digunakan yaitu
:
1)
Metode Kualitatif merupakan ukuran lain yang bersifat eksak.
Metode yang termasuk
dalam metode kulaitatif adalah :
a)
Metode Historis merupakan Metode mempergunakan analisis atas peristiwa masa
lampau yang kemudian dirumuskan menjadi prinsip-prinsip umum.
b)
Metode Komparatif merupakan metode perbandingan antara berbagai macam
masyarakat serta segala bidangnya untuk memperoleh persamaan-persamaan,
perbedaan-perbedaan, dan sebab-sebab.
c)
Metode Studi kasus (Case study) mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala
nyata dalam kehidupan masyarakat.
Alat-alat yang digunakan
dalam metode ini wawancara (interview), pertanyaan (kuesioner), Daftar
pertanyaan, dna teknik participant observer.
2)
Metode kuantitatif merupakan metode yang mengutamakan bahan-bahan keterangan
dengan angka-angka sehingga fakta-fakta sosial yang diteliti di ukur dengan
skala, indeks, tabel dan formula statistic yan sedikit banyaknya menggunakan
matematika. Yang termasuk dalam metode ini adalah :
a)
Metode Statistik
Metode statistic adalah
menelaah gejala-gejala sosial secara matematis.
b)
Metode Sosiometri menggunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempelajari
hubungan manusia dalam masyarakat.
3)
Metode sosiologi lainnya didasarkan pada penjenisan.
a)
Metode Deduktif adalah suatu proses berfikir yang bermula dari pernyataan
(premis mayor) ke pernyataan yang bersifat khusus (premis minor).
b)
Metode Induktif adalah suatu proses berfikir yang bermula dari pengamatan
terhadap kejadian khusus yang kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
4)
Penggolongan Metode Sosiologi lainnya adalah penggolongan berdasarkan jenis
metode empiris dan metode rasionalistis.
a)
Metode empiris menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata didapat
dalam masyarakat.
b)
Metode Rasionalistis mengutamakan pemikiran sehat untuk mencapai pengertian
tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam (Soekanto, 1982:20-23) mengungkapkan
mengenai beberapa sifat hakikat sosiologi sebagai berikut:
1. Sosiologi adalah suatu ilmu
social dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan
kerohanian.
2. Sosiologi bukan merupakan
disiplin yang normative, akan tetapi merupakan disiplin yang kategoris. Artinya
sosiologi membatasi pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan mengenai apa yang
terjadi dan seharusnya terjadi.
3. Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
terapan yang terpakai (applied science).
4. Sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkret.
Artinya, bahwa yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam
masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkret.
5. Sosiologi bertujuan untuk
menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Artinya, sosiologi
meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari
interaksi antar umat manusia dan juga perihal sifat, hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.
6. Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang empiris dan rasional. Artinya, bahwa hal ini berkaitan
denngansoal metode sosiologi yang digunakan.
7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi
mempelajari gejala umum yang ada dalam setiap interaksi antar manusia.
Ciri-ciri Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Johnsons, 1967 (dalam Soekanto,1982:14-15) mengemukakan
ciri-ciri sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan. Adapun ciri-ciri utamanya adalah
sebagai berikut:
1.
Sosiologi bersifat empiris. Artinya sosiologi didasarkan
pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
2.
Sosiologi besifat teoritis. Artinya sosiologi selalu
berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
3.
Sosiologi bersifat kumulatif. Artinya bahwa teori
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti
memperbaiki, memperluas atau memperhalus teori-teori lama.
4.
Sosiologi bersifat non-etis. Artinya permasalahan yang
dipersoalkan bukanlah buruk atau baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya
adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Ilmu Sosial Dasar
1. Pengertian Ilmu
Dasar
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah
masalah social khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan
menggunakan pengertian pengertian (fakta, konsep teori) yang berasal dari
berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu ilmu social seperti: Sejarah,
ekonomio, geografi social. Sosiologi, antropologi, psikologi sosial.
Ilmu social dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu social
dasar yang dipadukan, karena ilmu social dasar tidak memiliki objek dan metode
ilmiah tersendiri dan juga ia tidak mengembangkan suatu penilitian sebagaimana
suatu disiplin ilmu seperti ilmu-ilmu social diatas.
Ilmu sosial dasar merupakan suau bahan studi atau program
pekerjaan yang khusus dirancanga untuk kepentingan atau pengerjaan yang di Indonesia
diberikan di perguruan tinggi.
2.Tujuan
Sebagai salah satu dari mata kuliah dasar umum ilmu social
dasar mempunyai tujuan pembinaan mahasiswa agar:
a.
Memahami dan menyadari kenyataan-kenyataan social dan
masalah-masalah yang ada didalam masyarakat
b.
Peka terhadap masala-masalah social dan tanggap untuk
ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya
c. Menyadari
bahwa setiap masalah social yang timbul dalam masyarakat slalu bersifat
kompleks dan hanya mendekatinya dan mempelajarinya secar kritis dan
interdisipliner
Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu social dasar Ilmu Pengetahuan Sosial dan ilmu
penegetahuan social mempunyei persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan antara
keduanya adalah :
a.
Keduanya merupkan bahan studi untuk kepentingan program
pendidikan/pengajaran
b.
Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri
c.
Keduanya mempunyei materi-materi yang terdiri dari
kenyataan social dan masalah social.
Adapun Perbedaan
diantara keduamya adalah adalah:
a.
Ilmu social dasar diberikan di Perguruan Tinggi,
sedangkan ilmu social dasar diberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan
b.
Ilmu social dasar merupakan salah satu mata kuliah
tunggal, sedangkan ilmu penegetahuan social merupakan kelompok dari sejumlah
mata pelajaran (Untuk sekolah lanjutan)
c.
Ilmu social dasar diarahkan pada pembentukkan sikap dan
kepribadian , sedangkan ilmu pengetahuan social diarahkan pada pembentukkan
penegetahuan dan ktrampilan intelektual.
Berikut Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan
atas tiga golongan:
1.
Kenyataan-kenyataan social yang ada dalam masyrakat,
yang secara bersama-sama merupakan masalah social tertentu.
2.
Konsep-konsep social dibatasi pada konsep dasar atau
elementer saja yang sangat diperlukan utntuk mempelajari masala-masalah social
yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial, contohnya:
Keanekaragaman dan konsep kesatuan sosial
bertolak dari kedua konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan kita
sadari bahwa di dalam masyrakat selalu terdapat:
·
Persamaaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola
tingkah laku baik secara individualatau kelompok atau golongan.
·
Persamaan dan perbedaan kepentingan
3.
Masalah-masalah sosial yang timbul didalam masyarakat bisasnya
terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial yang berkaitan.Konsorsium
antar bidang telah menetapkan bahwa perkuliahan ilmu sosial dasar terdiri dari
8 pokok bahasan yaitu:
·
Berbagai masalah kependudukan dalam
hubungannyadengan perkembangan masyrakat dan kebudayaan
·
Masalah Individu, keluarga, dan masyarakat
·
Masalah pemuda dan sosialisasi
·
Masalah hubungan antara warga Negara dan Negara
·
Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat
·
Masalah masyrakat perkotaan dan perdesaan
·
Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan
intgrasi
·
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Sejarah dan
Perkembangan Sosiologi
Sejarah
dan perkembangan perkembangan sosiologi secara kronologis dan singkat dapat
dikemukakan sebagai berikut. Pada Jaman Keemasan Filsafat Yunani,
pada masa ini sosiologi dipandang sebagai bagian tentang kehidupan bersama secara filsafati. Pada masa itu Plato (429-347 SM) seorang filasof terkenal dari Yunani, dalam pencariannya tentang makna negara dia berhasil merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup kehidupan sosial dan ekonomi. Plato menganggap bahwa institusi-institusi dalam masyarakat saling bergantung secara fungsional. Kalau ada satu institusi yang tidak jalan maka secara keseluruhan kehidupan masyarakat akan terganggu.
Seperti halnya Plato maka Aristoteles (384-322 SM) juga menganggap bawa masyarakat adalah suatu organisma hidup (seperti pandangan kaum biologiwan) dengan basis kehidupannya adalah moral (yang baik). Pada masa ini kaum agamawan yang berkuasa sehingga kehidupan sosial lebih diwarnai oleh keputusan-keputusan kaum agamawan yang berkuasa. Pada Zaman Renaissance (1200-1600) Machiavelii adalah orang pertama yang memisahkan antara politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Di sini muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme pemerintahan. Sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan mulai memperoleh tantangan. Pada Abad Pencerahan (abad ke 16 dan 17). Pada masa ini muncul Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengarang buku yang dikena! sebagai The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oteh hukum alam, fisika dan matematika. Pada masa ini pengaruh keagamaan mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pandangan-pandangan yang bersifat hukum sebagai kodrat keduniawiannya. Berdasar pandangan kelompok inilah kemudian muncul suatu kesepakatan antar manusia (kelompok) yang dikenal sebagai kontrak sosial. Pada mulanya interaksi antar manusia berada dalam kondisi chaos karena saling mencurigai dan saling bersaing untuk memperebutkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Kondisi yang bersifat kodrati (sesuai dengan hukum alam) ini kemudian dipandang akan selalu menyengsarakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu dibuatlah kesepakatan-kesepakatan pengaturan antar kelompok yang dapat saling berterima dan saling menguntungkan, yang kemudian dikenal sebagai kontrak sosial. Pada Abad Ke 18 pada masa ini munculah John Locke (1632-1704) yang dianggap sebagai bapak Hak Asasi Manusia (HAM). Dia berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak-hak dasar yang sangat pribadi yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara (seperti hak hidup, hak berpikir dan berbicara, berserikat, dan lain-lain). Tokoh lain yang muncul adalah J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada ide kontrak sosialnya Hobbes. Dia berpandangan bahwa kontrak antara pemerintah (negara?) dengan yang diperintah (rakyat?) menyebabkan munculnya suatu kolektifitas yang mempunyai keinginan-keinginan tersendiri yang kemudian menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang harusnya menjadi dasar penyusunan kontrak sosial antara negara dengan rakyatnya. Pada Abad ke 19 Abad ke 19 dapat dianggap sebagai abad mulai berkembangnya sosiologi, terutama sesudah Auguste Comte (1798-1853) memperkenalkan istilah sosiologi, sebagai usaha untuk menjawab adanya perkembangan interaksi sosial dalam masa industrialisasi. Pada masa ini sosiologi dianggap mulai dapat mandiri. Kondisi yang baru dalam taraf mulai mandiri ini disebabkan walaupun sosiologi sudah dapat menunjukkan adanya obyek yang dijadikan fokus pembahasan (interaksi manusia), namun di dalam pengembangan ilmunya masih menggunakan metode-metode ilmu-ilmu yang lain (ilmu ekonomi misalnya). Pada Abad ke 20 Baru pada abad ke 20 inilah sosiologi dapat benar-benar dianggap mandiri karena:
a).Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia,
b).Mampu mengembangkan teori-teori sosiologi,
c).Mampu mengembangkan metode khusus sosiologi untuk pengembangan sosiologi,
d).Sosiologi menjadi sangat relevan dengan semakin banyaknya kegagalan pembangunan karena tidak mendasarkan dan memperhatikan masukan dari sosiologi.
Pada akhir abad ke 20 ini, maka salah satu kelemahan (masih dianggap ketinggalan) dari sosiologi, namun yang pada saat ini juga sudah mulai dapat dipecahkan, yaitu dalam kaitannya dengan perkembangan dan permasalahan global. Di sini interaksi antar manusia yang dapat diamati adalah adalah interaksi tidak langsung lewat telepon, internet, dan lain-lain yang menghubungkan manusia yang saling berjauhan letaknya.
pada masa ini sosiologi dipandang sebagai bagian tentang kehidupan bersama secara filsafati. Pada masa itu Plato (429-347 SM) seorang filasof terkenal dari Yunani, dalam pencariannya tentang makna negara dia berhasil merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup kehidupan sosial dan ekonomi. Plato menganggap bahwa institusi-institusi dalam masyarakat saling bergantung secara fungsional. Kalau ada satu institusi yang tidak jalan maka secara keseluruhan kehidupan masyarakat akan terganggu.
Seperti halnya Plato maka Aristoteles (384-322 SM) juga menganggap bawa masyarakat adalah suatu organisma hidup (seperti pandangan kaum biologiwan) dengan basis kehidupannya adalah moral (yang baik). Pada masa ini kaum agamawan yang berkuasa sehingga kehidupan sosial lebih diwarnai oleh keputusan-keputusan kaum agamawan yang berkuasa. Pada Zaman Renaissance (1200-1600) Machiavelii adalah orang pertama yang memisahkan antara politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Di sini muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme pemerintahan. Sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan mulai memperoleh tantangan. Pada Abad Pencerahan (abad ke 16 dan 17). Pada masa ini muncul Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengarang buku yang dikena! sebagai The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oteh hukum alam, fisika dan matematika. Pada masa ini pengaruh keagamaan mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pandangan-pandangan yang bersifat hukum sebagai kodrat keduniawiannya. Berdasar pandangan kelompok inilah kemudian muncul suatu kesepakatan antar manusia (kelompok) yang dikenal sebagai kontrak sosial. Pada mulanya interaksi antar manusia berada dalam kondisi chaos karena saling mencurigai dan saling bersaing untuk memperebutkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Kondisi yang bersifat kodrati (sesuai dengan hukum alam) ini kemudian dipandang akan selalu menyengsarakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu dibuatlah kesepakatan-kesepakatan pengaturan antar kelompok yang dapat saling berterima dan saling menguntungkan, yang kemudian dikenal sebagai kontrak sosial. Pada Abad Ke 18 pada masa ini munculah John Locke (1632-1704) yang dianggap sebagai bapak Hak Asasi Manusia (HAM). Dia berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak-hak dasar yang sangat pribadi yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara (seperti hak hidup, hak berpikir dan berbicara, berserikat, dan lain-lain). Tokoh lain yang muncul adalah J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada ide kontrak sosialnya Hobbes. Dia berpandangan bahwa kontrak antara pemerintah (negara?) dengan yang diperintah (rakyat?) menyebabkan munculnya suatu kolektifitas yang mempunyai keinginan-keinginan tersendiri yang kemudian menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang harusnya menjadi dasar penyusunan kontrak sosial antara negara dengan rakyatnya. Pada Abad ke 19 Abad ke 19 dapat dianggap sebagai abad mulai berkembangnya sosiologi, terutama sesudah Auguste Comte (1798-1853) memperkenalkan istilah sosiologi, sebagai usaha untuk menjawab adanya perkembangan interaksi sosial dalam masa industrialisasi. Pada masa ini sosiologi dianggap mulai dapat mandiri. Kondisi yang baru dalam taraf mulai mandiri ini disebabkan walaupun sosiologi sudah dapat menunjukkan adanya obyek yang dijadikan fokus pembahasan (interaksi manusia), namun di dalam pengembangan ilmunya masih menggunakan metode-metode ilmu-ilmu yang lain (ilmu ekonomi misalnya). Pada Abad ke 20 Baru pada abad ke 20 inilah sosiologi dapat benar-benar dianggap mandiri karena:
a).Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia,
b).Mampu mengembangkan teori-teori sosiologi,
c).Mampu mengembangkan metode khusus sosiologi untuk pengembangan sosiologi,
d).Sosiologi menjadi sangat relevan dengan semakin banyaknya kegagalan pembangunan karena tidak mendasarkan dan memperhatikan masukan dari sosiologi.
Pada akhir abad ke 20 ini, maka salah satu kelemahan (masih dianggap ketinggalan) dari sosiologi, namun yang pada saat ini juga sudah mulai dapat dipecahkan, yaitu dalam kaitannya dengan perkembangan dan permasalahan global. Di sini interaksi antar manusia yang dapat diamati adalah adalah interaksi tidak langsung lewat telepon, internet, dan lain-lain yang menghubungkan manusia yang saling berjauhan letaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar