Minggu, 25 Desember 2011

Transfer Embrio pada Sapi




Untuk mengatasi kurangnya konsumsi protein hewani dan rendahnya penghasilan masyarakat Indonesia, usaha yang telah dilakukan adalah meningkatkan produksi peternakan. Salah satu usaha kea rah tersebut adalah penerapan teknologi modern dalam reproduksi. Teknologi yang dimaksud adalah Inseminasi Buatan (IB) dan transfer embrio (TE) (Toilihere, 1987).



Transfer embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasi, kepada seekor betina yang bertindak sebagai ppenerima sehingga resepien tersebut menjadi bunting (Hartantyo, 1987).



Transfer embrio banyak dibicarakan di Indonesia pada akhir tahun 1982, sejak datangnya seorang tamu penceramah dari Amerika Serikat yang menyampaikan suatu bahasan mengenai TE. Ceramah diadakan di Balai Penelitian Ternak Ciawi yang diikuti oleh para cendekia peternakan dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun Direktorat Jenderal Peternakan (Martojo, 1987).


Sedangkan teknologi transfer embrio untuk pertama kali diintroduksi pada sapi di Cicurug Jawa Barat pada tahun 1984 dengan menggunakan embrio beku import dari Texas, USA. Transfer dilakukan pada 77 ekor resepien dengan cara pembedahan lewat daerah kampong oleh tim dari Granada Livestock Transplant Co, USA (Putro, 1994).

Manfaat Transfer Embrio
Beberapa manfaat dari teknologi transfer embrio adalah:
1.      Untuk meningkatkan populasi ternak unggul. Seekor sapi betina hanya mampu menghasilkan 7 keturunan selama hidupnya, sedangkan dengan penerapan TE maka seekor sapi betina mampu menghasilkan 448 keturunan selama hidupnya. (Rutledge, 1987).
2.      Import dan eksport embrio sebagai ganti ternak dewasa sehingga biasanya menjadi lebih ekonomis. Transfer embrio juga memungkinkan hewan melahirkan anak dari spesies lain, misalnya kuda melahirkan zebra, domba melahirkan kambing seperti yang terjadi di Louisville Zoo (Atmawidjaja, 1987).
3.      Manfaat lainnya adalah memperoleh keturunan dari induk yang kurang fertile, induk yang dimaksud adalah betina yang menderita oobstruksi tuba falofia yang bilateral total dan betina yang menderita adesi fimria bilateral total (Martojo, 1987).



Prosedur Transfer Embrio



Seleksi Hewan Donor dan Resepien
Seleksi sapi betina donor untuk transfer embrio harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis dan genetic yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi, sehat, mempunyai siklus birahi yang regular mulai pubertas. Angka servis tiap konsepsi tidak lebih dari 2. Mempunyai kinerja yang baik, dan tidak pernah mengalami kesulitan melahirkan maupun gangguan reproduksi yang lainnya.



Sedangkan syarat hewan resepien adalah sapi muda yang bebas penyakit, kinerja yang bagus, dan proses kelahiran sebelumnya mudah. Kandidat resepien perlu diperiksa dengan cermat kondisi kesehatan tubuh maupun status reproduksinya (Putro, 1994).



Superovulasi Hewan Donor
Superovulasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan ova lebih banyak dibandingkan dengan keadaan normalnya dengan memberikan hormone dari luar (Hartantyo, 1987).
Superovulasi memerlukan sediaan gonadotropin yang kaya akan atau meniru efek FSH (follicle stimulating hormone). Disamping itu FSH harus ada dalam periode yang cukup untuk memacu pertumbuhan dan pematangan akhir folikel. Sediaan FSH, PMSG (Pregnant mare’s serum gonadotropin) dan HCG (human chorionic gonadotropin) merupakan agen gonadotropin yang lazim digunakan untuk superovulasi. Hasil superovulasi meliputi jumlah embrio dan kualitas embrio sangat bervariasi dan sulit diramalkan.

Respon hewan terhadap preparat gonadotropin tergantung dari musim, bangsa, makanan, macam preparat yang dipakai, berat hidup, umur, fase dari siklus birahi, dan frekuensi pemberian dan dosis gonadotropin yang digunakan (Hartantyo, 1987).



Preparat gonadotropin dapat diberikan pada fase luteal yaitu hari ke-8 sampai 12 siklus birahi yang diikuti dengan pemberian preparat prostaglandin F2-alfa (PGF2-alfa) untuk melisiskan corpus luteumnya; pada fase proestrus yaitu hari ke-16 sampai 20 siklus birahi tanpa diikuti dengan pemberian PGF2-alfa. Jika superovulasi menggunakan PMSG maka PGF2-Alfa diberikan 48 jam setelah menyuntikkan PMSG, namun jika menggunakan FSH, maka PGF2-Alfa diberikan pada hari ke-3 atau bersamaan dengan pemberian FSH yang ke-5. Dosis FSH yang telah digunakan pada sapi Bali adalah 24 mg untuk setiap ekor sapi, yang dibagi menjadi 8 dosis dan diberikan 2 kali sehari selama 4 hari berturut-turut (Putro, 1986; Hartantyo, 1987).



Di Indonesia PMSG lebih banyak digunakan karena dapat diperoleh dengan mudah dan lebih murah dibandingkan dengan FSH-P. Pregnant mare’s serum gonadotropin merupakan glikoprotein komplek yang mempunyai aktivitas biologi seperti FSH dan LH; dimana aktivitas FSHnya lebih besar. PMSG mengandung asam sialat 10,8% yang berfungsi mencegah degradasi glikoprotein hormone oleh hati (Bindon and Piper, 1986).



Pada spi PMSG mempunyai daya kerja yang cukup panjang waktu paruhnya, yakni antara 2-5 hari, sedangkan residunya tetap ada dalam sirkulasi darah sampai 10 hari. PMSG bekerja dengan kemampuannya mencegah atau menghambat proses atresia dari folikel ovaria (Putro, 1994).



Sediaan PMSG di Indonesia dapat diperoleh dengan mudah, dengan merk dagang Folligon. Dosis PMSG yang dianjurkan pada sapi adalah 1:500-3.000 IU yang disuntikkan secara intramuskuler tiap donor sapi. Untuk membantu proses ovulasi dan mencegah terjadinya folikel anovulasi kadang-kadang perlu diberikan HCG awal birahi dengan dosis 1.500-3.000 IU per ekor (Anon, 1991).

Waktu paruh PMSG yang panjang menimbulkan problema overstimulasi ovaria. Problem ini dapat diatasi dengan injeksi intravena antibody monoclonal terhadap PMSG (anti-PMSG) pada saat inseminasi. Anti-PMSG akan menetralisir PMSG yang ada dengan menurunkan 85% konsentrasi PMSG di darah dalam waktu 1 jam dan sampai konsentrasi yang tidak dapat dideteksi lagi dalam waktu 2 jam. Salah satu anti-PMSG yang dapat diperoleh di pasaran adalah Neutra-PMSG (Putro, 1994).

Sinkronisasi Birahi
Sinkronisasi birahi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengendalikan siklus birahi sekelompok hewan betina sehingga birahi terjadi dalam waktu yang bersamaan atau paling tidak dalam waktu 2 atau 3 hari. Dalam program TE teknik sinkronisasi birahi dapat dipakai untuk menyeragamkan stadium siklus birahi antara hewan donor dan hewan resipien. Pemindahan embrio dapat dilaksanakan dengan berhasil ke dalam uterus hewan resipien jika stadium siklus birahinya bersamaan dengan keadaan uterus hewan donor (Toilihere, 1981).

Sinkronisasi perlu dilakukan setelah perlakuan superovulasi agar waktu ovulasi terjadi dalam waktu bersamaan. Untuk keperluan ini perlu adanya induksi luteolisis dengan agen luteolitik. Agen luteolitik yang sudah teruji manfaatnya adalah PGF2-Alfa. Birahi pada sapi yang sudah di superovulasi akan timbul dalam waktu 36-48 jam setelah pemberian PGF2-Alfa. Untuk perlakuan sinkronisasi birahi betina resipien perlu diketahui terlebih dahulu siklus birahinya, karena corpus luteum sapi peka terhadap PGF2-Alfa hari ke-5 sampai 14 siklus birahi. Jika pada waktu korpus luteum peka diberi perlakuan maka birahi akan timbul 1-4 hari atau rata-rata 2 hari setelah penyuntikan PGF2-Alfa. Jika kita belum mengetahui siklus birahi sapi tersebut maka dilakukan penyuntikan PGF2-Alfa 2 kali dengan interval 10 hari (Hartantyo, 1987).

Sediaan prostaglandin yang tersedia di pasaran antara lain: Estrumate (Cloprostenol, ICI Pharm. Co, Cambridge, UK) dosis luteolitiknya 500 mg; Reprodin (Luprostiol, Bayer Indonesia) dosis luteolitiknya 15 mg; Lutalyse (Dinoprost tromethamine, Upjohn, Kalamazoo, USA); dan Prosolvin (Luprostiol, Intervet Int. B.V., Bormeer, Holland) dosis luteolitiknya 15 mg. aplikasi sediaan prostaglandin tersebut dianjurkan dengan cara injeksi intramuskuler (Putro, 1994).

Perkawinan Hewan Donor
Perkawinan hewan donor dapat dilakukan kawin alami atau inseminasi buatan (IB). Apabila dikawinkan secara IB maka diperlukan dosis ganda yang aplikasinya satu dosis diberikan 6 jam setelah menunjukkan gejala birahi dan satu dosis lagi diberikan 6 jam kemudian (Hartantyo, 1987; Putro, 1986).

Pemanenan Embrio dari Donor
Koleksi embrio hewan donor dapat dilakukan pada hari ke-6 sampai 8 setelah perkawinan, pada waktu embrio sudah berada pada kornua uteri. Pemanenan embrio yang sudah pernah dilakukan pada sapi Bali yaitu pada hari ke-7 setelah perkawinan.

Perlengkapan yang diperlukan untuk pemanenan embrio adalah:
1.      Sterio mikroskop
2.      Foley cateter
3.      Larutan PBS
4.      Pipa kaca berbentuk Y
5.      Cawan petri
6.      Selang dan jarum suntik


Hewan donor dipersiapkan terlebih dahulu dengan jalan disuntik acethyl promazin dosis 6 mg per ekor.Selanjutnya sapi dimasukkan ke kandang jepit, daerah sekitar vulva dibersihkan dan diberi desinfektan dan alcohol 70%. Anastesi epidural dilakukan segera sebelum katerisasi, dengan Lignocaine 2% dosis 4-6 ml. Manfaat anastesi yang diberikan adalah untuk mengurangi rasa sakit, mencegah pengejanan maupun pengeluaran kotoran yang mengganggu pelaksanaan pembilasan.



Cara Pemanenan:
1.      Stilette Cassou Insemination Gun dimasukkan ke dalam kateter supaya menjadi kaku, selanjutnya kateter diberi pelumas.
2.      Dengan palpasi rectal, kateter dimasukkan perlahan-lahan melewati vagina, cerviks, terus ke kornua uteri sampai 2/3 panjang kornua.
3.      Selanjutnya balon kateter diisi udara atau air sebanyak 5 ml, kemudian stiletto gun ditarik. Pipa kaca berbentuk hurup Y dipasang, dimana ujung-ujungnya telah terpasang selang penghubung.
4.      Larutan PBS dimasukkan tiap-tiap 30-60 ml tergantung besar hewan sampai menghabiskan 500 ml setiap kornua.
5.      Hasil bilasan uterus ditampung dalam beker gelas dan dibiarkan mengendap selama 30 menit, selanjutnya supernatannya dibuang dan sisanya dievaluasi di bawah sterio mikroskop.


Evaluasi embrio dilakukan di bawah sterio mikroskop dengan pembesaran lebih dari 40 kali. Embrio yang didapat harus mempunyai stadia yang relative sama; yaitu stadium morula (32 sel), morula kompak (blastomer memadat menjadi masa yang lebih kompak), dan blastosis awal (mempunyai blastosel). Adanya embrio yang stadium pertumbuhannya kurang dari 32 sel menunjukkan adanya kelambatan pertumbuhan. Embrio yang didapat dari media pembilas diambil menggunakan mikropipet, selanjutnya dimasukkan ke dalam straw mini atau medium bening yang transparan.



Transfer Embrio ke Betina Resipien
Transfer embrio segar maupun beku ke resipien dilakukan pada hari siklus birahi yang sama dengan umur embrio (karena embrio dipanen pada umur 7 hari) maka siklus birahi resipien yang dapat dipakai adalah 7 ± 1 hari setelah birahi atau birahi hewan donor dan resipien minimal dalam 24 jam (Heath, 1982).

Transfer dilakukan langsusng ke kornua uteri kurang lebih 5-10 cm dari bifurkasio uteri. Resipien yang tidak menunjukkan gejala birahi setelah 3 siklus birahi yang diharapkan dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan per rectal untuk menentukan berhasil tidaknya program transfer. Pemeliharaan resipien yang telah bunting sama seperti pemeliharaan-pemeliharaan pada hewan bunting pada umumnya.

Sejarah Sepak Bola


A
sal muasal sejarah munculnya olahraga sepak bola masih mengundang perdebatan. Beberapa dokumen menjelaskan bahwa sepak bola lahir sejak masa Romawi, sebagian lagi menjelaskan sepak bola berasal dari tiongkok. FIFA sebagai badan sepak bola dunia secara resmi menyatakan bahwa sepak bola lahir dari daratan Cina yaitu berawal dari permainan masyarakat Cina abad ke-2 sampai dengan ke-3 SM. Olah raga ini saat itu dikenal dengan sebutan “tsu chu “.
Dalam salah satu dokumen militer menyebutkan, pada tahun 206 SM, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, masyarakat Cina telah memainkan bola yang disebut tsu chu. Tsu sendiri artinya “menerjang bola dengan kaki”. sedangkan chu, berarti “bola dari kulit dan ada isinya”. Permainan bola saat itu menggunakan bola yang terbuat dari kulit binatang, dengan aturan menendang dan menggiring dan memasukkanya ke sebuah jaring yang dibentangkan diantara dua tiang.
Versi sejarah kuno tentang sepak bola yang lain datangnya dari negeri Jepang, sejak abad ke-8, masyarakat disana telah mengenal permainan bola. Masyarakat disana menyebutnya dengan: Kemari. Sedangkan bola yang dipergunakan adalah kulit kijang namun ditengahnya sudah lubang dan berisi udara.
Menurut Bill Muray, salah seorang sejarahwan sepak bola, dalam bukunya The World Game: A History of Soccer, permainan sepak bola sudah dikenal sejak awal Masehi. Pada saat itu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal teknik membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen.
Sisi sejarah yang lain adalah di Yunani Purba juga mengenal sebuah permainan yang disebut episcuro, tidak lain adalah permainan menggunakan bola. Bukti sejarah ini tergambar pada relief-relief museum yang melukiskan anak muda memegang bola dan memainkannya dengan pahanya.
Sejarah sepak bola modern dan telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak, asal muasalnya dari Inggris, yang dimainkan pada pertengahan abad ke-19 pada sekolah-sekolah. Tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, yaitu: Sheffield Football Club. Klub ini adalah asosiasi sekolah yang menekuni permainan sepak bola.
Pada tahun 1863, berdiri asosiasi sepak bola Inggris, yang bernama Football Association (FA). Badan ini yang mengeluarkan peraturan permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi lebih teratur, terorganisir, dan enak untuk dinikmati penonton.
Selanjutnya tahun 1886 terbentuk lagi badan yang mengeluarkan peraturan sepak bola modern se dunia, yaitu: International Football Association Board (IFAB). IFAB dibentuk oleh FA Inggris dengan Scottish Football Association, Football Association of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris.
Sejarah sepak bola semakin teruji hingga saat ini IFAB merupakan badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, baik tentang teknik permainan, syarat dan tugas wasit, bahkan sampai transfer perpindahan pemain.

Sepak Bola



Peraturan Sepak Bola
Peraturan resmi permainan sepak bola (Laws of the Game) adalah :
  • Peraturan  1     :           Lapangan sepak bola
  • Peraturan  2     :           Bola
  • Peraturan  3     :           Jumlah Pemain
  • Peraturan  4     :           Peralatan Pemain
  • Peraturan  5     :           Wasit yang mengatur pertandingan
  • Peraturan  6     :           Asisten wasit
  • Peraturan  7     :           Lama Permainan
  • Peraturan  8     :           Bola Keluar dan di Dalam Lapangan
  • Peraturan  9     :           Cara Mendapatkan Angka
  • Peraturan  10   :           Offside
  • Peraturan  11   :           Pelanggaran
  • Peraturan  12   :           Tendangan bebas
  • Peraturan  13   :           Tendangan
  • Peraturan  14   :           Lemparan dalam
  • Peraturan  15   :           Tendangan gawang
Selain peraturan-peraturan di atas internasional, keputusan-keputusan Badan Asosiasi Sepak bola Daerah (IFAB) lainnya turut menambah peraturan dalam sepak bola.
Tujuan permainan
Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalti yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.
Taktik Permainan
Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:
  1. 4-4-2    (klasik: empat pemain belakang/skipper)
  2. 4-4-2    (dengan dua gelandang sayap)
  3. 4-4-1-1            (2 pasang gelandang sayap,satu gelandang serang dan striker tunggal)
  4. 4-2-4    (2 sayap)
  5. 4-3-2-1            (3 pemain gelandang tengah, 2 gelandang serang,dan striker tunggal)
  6. 4-3-1-2            (4 bek, 3 gelandang bertahan, 1 penyerang lubang, 2 striker)
  7. 4-5-1    (4 bek, 2 sayap, 3 gelandang, 1 striker)
  8. 4-3-3    (4 bek, 3 gelandang bertahan, 2 striker sayap, 1 striker tengah)
  9. 4-2-3-1            (2 bek tengah, 2 bek sayap, 2 winger, 1 penyerang lubang, 1 striker)
  10. 4-3-3    (2 bek sayap, 2 bek tengah, 2 sayap, 1 gelandang bertahan, 3 striker tengah)
  11. 4-1-4-1            (4 bek, 1 gelandang bertahan, 4 gelandang, 1 striker)
  12. 3-4-3    (dengan winger)
  13. 3-5-2    (dengan libero/sweeper)
  14. 3-5-2    (tanpa libero/sweeper)
  15. 3-6-1
  16. 5-4-1
  17. 5-3-2    (3 striker, 2 striker sayap, 3 gelandang , 2 bek)
Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.
Ofisial
Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai "wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya" (Peraturan 5), dan keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya pertandingan seperti:
  1. papan pengganti pemain
  2. meja dan kursi
Peraturan
Lapangan permainan
Ukuran Lapangan Standar :
  1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m
  2. Garis batas :  garis selebar ... cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; ... m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
  3. Daerah penalty : busur berukuran 18 m dari setiap pos
  4. Garis penalty : 11 m dari titik tengah garis gawang
  5. Garis penalti kedua : ... m dari titik tengah garis gawang
  6. Zona pergantian : daerah ... m (... m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
  7. Gawang : lebar 7 m x tinggi 2,5 m
  8. Permukaan daerah pelemparan : halus, rata, dan tak abrasif
Bola
  1. Ukuran                        :           68-70 cm
  2. Keliling           :           100 cm
  3. Berat               :           410-450 gram
  4. Lambungan     :           1000 cm pada pantulan pertama
  5. Bahan              :           karet atau karet sintetis (buatan)
Tim
  1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan : 11, salah satunya penjaga gawang
  2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan (tidak termasuk cedera) : 4
  3. Jumlah pemain cadangan maksimal : 12
  4. Jumlah wasit : 1
  5. Jumlah hakim garis : 2-4
  6. Batas jumlah pergantian pemain : 3 kecuali pertandingan uji coba
Perlengkapan Permainan
  1. Kaos bernomor (sejak tahun 1954)
  2. Kaos kaki
  3. Pelindung tulang kering
  4. Alas kaki bersolkan karet
  5. Harus menggunakan sepatu bola
Lama Permainan
  1. Lama normal   : 2x45 menit
  2. Lama istirahat : 15 menit
  3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit (bila hasil masih imbang setelah 2 x 45 menit waktu normal)
  4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai.
  5. Time-out : 1 per tim per babak ; tak ada dalam waktu tambahan
  6. Waktu pergantian babak : maksimal 15 menit
Jenis Sepak Bola Lainnya
Elemen Permainan Sepak Bola

Pembuatan Tape Singkong


A.     PENDAHULUAN

Yang dimaksud tape adalah suatu hasil yang dibuat dari bahan-bahan seperti pati, ubi, singkong, dan beras ketan, dengan diberi ragi dalam proses pembuatannya.
Singkong adalah salah satu jenis umbi-umbian yang cukup banyak dikenal masyarakat Indonesia. Umbi tanaman singkong selain dapat dikonsumsi langsung juga dapat dibuat tapioca, gaplek, kerupuk, tape, dan sebagainya.
Tape singkong dapat diolah lebih lanjut menjadi minuman alcohol, sirup glukosa, sari tape, asam cuka, dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan langkah-langkah pembuatan tape singkong berikut ini!

B.      ALAT DAN BAHAN

1)      Pengukus nasi (langseng) 1 buah.
2)      Panci atau baskom 1 buah.
3)      Tampah 1 buah.
4)      Cukil kayu 1 buah.
5)      Kipas 1 buah.
6)      Keler/daun pisang/plastic.
7)      Singkong (ketela pohon) 1 kilogram.
8)      Ragi tape secukupnya

C.      PROSEDUR KERJA

a.      Cuci bersih semua peralatan yang akan digunakan, lalu dikeringkan,
b.      Kulit singkong dikupas dengan cara menyayat kulit secara memanjang lalu menarik bagian kulitnya. Setelah itu dikerik sampai lendirnya hilang, yaitu sampai singkong terasa kesat,
c.       Singkong dicuci hingga bersih, kemudian dipotong kecil-kecil atau dibiarkan utuh,
d.      Dengan menggunakan dandang, singkong dikukus sampai matang atau setengah matang, tergantung selera kita mau tape yang agak keras atau yang lembek,
e.      Singkong yang telah matang diangkat, lalu diletakkan di atas tampah atau baskom, kemudian didinginkan dengan cara mengipasinya,
f.        Setelah dingin, ragi ditaburkan secara merata. Bila tape dibuat dalam jumlah banyak sebaiknya ragi dibungkus dengan kantong kain, kemudian ditepuk-tepukkan secara merata pada singkong yang telah didinginkan tersebut,
g.      Singkong yang telah berragi itu dibungkus dengan daun pisang atau plastik, atau dimasukkan ke dalam keler (stoples), tutup rapat-rapat. Kemudian diperam selama 2-3 hari pada suhu kamar. Selama masa pemeraman tidak boleh dibuka dan tidak boleh terkena tangan agar tape yang dihasilkan tidak kecut (masam),
h.      Setelah diperam selama 2-3 hari, tape siap dihidangkan dan dinikmati.


Catatan:

1)      Banyaknya ragi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah singkong. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis dan terasa keras.
2)      Takaran ragi yang tepat biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman.
3)      Kualitas tape yang baik turut ditentukan oleh jenis ragi yang digunakan dan asal ragi tersebut.

PASANG SURUT



A.      Pengertian Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range).
Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.

Obyek Ilmu Geografi

Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:
OBJEK MATERIAL
Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:
·         Litosfer (lapisan keras),
Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
·         Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer bawah yang
·         Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
·         Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
·         Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun kimia.
OBJEK FORMAL
Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,
·         Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai kepentingan.
·         Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
·         Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
·         Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.